tag:blogger.com,1999:blog-56690869584828851852024-03-14T00:34:54.678-07:00Tuna GrahitaUnknownnoreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-5669086958482885185.post-40794996146510117062012-02-18T05:52:00.001-08:002012-02-18T05:53:17.034-08:00Sindrom Gangguan Autisme<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Istilah autisme dikemukakan oleh Dr
Leo Kanner pada 1943. Ada banyak definisi yang diungkapkan para ahli. Chaplin
menyebutkan: “Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan
personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan
harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan pikiran dan
fantasi sendiri”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pakar lain mengatakan: “Autisme
adalah ketidaknormalan perkembangan yang sampai yang sampai sekarang tidak ada
penyembuhannya dan gangguannya tidak hanya mempengaruhi kemampuan anak untuk
belajar dan berfungsi di dunia luar tetapi juga kemampuannya untuk mengadakan
hubungan dengan anggota keluarganya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Semua masalah perilaku anak autis
menunjukkan 3 serangkai gangguan yaitu: kerusakan di bidang sosialisasi,
imajinasi, dan komunikasi. Sifat khas pada anak autistik adalah: (1)
Perkembangan hubungan sosial yang terganggu, (2) gangguan perkembangan dalam
komunikasi verbal dan non-verbal, (3) pola perilaku yang khas dan terbatas, (4)
manifestasi gangguannya timbul pada tiga tahun yang pertama.<br />
<br />
Teori awal menyebutkan, ada 2 fajtor penyebab autisme, yaitu: (1). Faktor
psikososial, karena orang tua “dingin” dalam mengasuh anak sehingga anak
menjadi “dingin” pula; dan (2). Teori gangguan neuro-biologist yang menyebutkan
gangguan neuroanatomi atau gangguan biokimiawi otak. Pada 10-15 tahun terakhir,
setelah teknologi kedokteran telah canggih dan penelitian mulai membuahkan hasil.
Penelitian pada kembar identik menunjukkan adanya kemungkinan kelainan ini
sebagian bersifat genetis karena cenderung terjadi pada kedua anak kembar.<br />
<br />
Meskipun penyebab utama autisme hingga saat ini masih terus diteliti, beberapa
faktor yang sampai sekarang dianggap penyebab autisme adalah: faktor genetik,
gangguan pertumbuhan sel otak pada janin, gangguan pencernaan, keracunan logam
berat, dan gangguan auto-imun. Selain itu, kasus autisme juga sering muncul
pada anak-anak yang mengalami masalah pre-natal, seperti: prematur, postmatur,
pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, anak yang dilahirkan oleh
ibu yang berusia lebih dari 35 tahun, serta banyak pula dialami oleh anak-anak
dengan riwayat persalinan yang tidak spontan.<br />
<br />
Gangguan autisme mulai tampak sebelum usia 3 tahun dan 3-4 kali lebih banyak
pada anak laki-laki, tanpa memandang lapisan sosial ekonomi, tingkat pendidikan
orang tua, ras, etnik maupun agama, dengan ciri fungsi abnormal dalam tiga
bidang: interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang,
sehingga kesulitan mengungkapkan perasaan maupun keinginannya yang
mengakibatkan hubungan dengan orang lain menjadi terganggu. Gangguan
perkembangan yang dialami anak autistik menyebabkan tidak belajar dengan cara yang
sama seperti anak lain seusianya dan belajar jauh lebih sedikit dari
lingkungannya bila dibandingkan dengan anak lain. Autisme merupakan kombinasi
dari beberapa kegagalan perkembangan, biasanya mengalami gangguan pada:<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<br /></div>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Komunikasi, perkembangan bahasa
sangat lambat atau bahkan tidak ada sama sekali. Penggunakan kata-kata
yang tidak sesuai dengan makna yang dimaksud. Lebih sering berkomunikasi
dengan menggunakan gesture dari pada kata-kata; perhatian sangat kurang.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Interaksi Sosial, lebih senang
menyendiri dari pada bersama orang lain; menunjukkan minat yang sangat
kecil untuk berteman; response terhadap isyarat sosial seperti kontak mata
dan senyuman sangat minim.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan Sensorik, mempunyai
sensitifitas indra (penglihatan, pendengaran, peraba, pencium dan perasa)
yang sangat tinggi atau bisa pula sebaliknya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan Bermain, anak autistik
umumnya kurang memiliki spontanitas dalam permainan yang bersifat
imajinatif; tidak dapat mengimitasi orang lain; dan tidak mempunyai
inisiatif.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Perilaku, bisa berperilaku
hiper-aktif ataupun hipo-pasif; marah tanpa sebab jelas; perhatian yang
sangat besar pada suatu benda; menampakkan agresi pada diri sendiri dan
orang lain; mengalami kesulitan dalam perubahan rutinitas.</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan lain yang mempengaruhi
fungsi otak penyandang autisme adalah: Epilepsi, Retardasi Mental, Down
Syndrome atau gangguan genetis lain. Melihat gangguan-gangguan yang biasanya
menyertai gejala autisme seperti yang dikemukakan di atas, menyebabkan banyak
orang beranggapan bahwa penyandang autisme tidak mempunyai harapan untuk sembuh
dan hidup normal. Namun intervensi behavioral, biologis, dan edukasional
terbukti dapat dijadikan alat untuk mengurangi efek-efek autisme yang merusak.
Ada 3 pendekatan utama dalam terapi terhadap penderita autisme, yaitu: (1).
Pendekatan Psiko-dinamis; (2). Pendekatan Behavioral; dan (3). Medis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">PENDEKATAN
TERAPI AUTISME</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Autisme sejauh ini memang belum bisa
disembuhkan (not curable) tetapi masih dapat diterapi (treatable). Menyembuhkan
berarti “memulihkan kesehatan, kondisi semula, normalitas”. Dari segi medis,
tidak ada obat untuk menyembuhkan gangguan fungsi otak yang menyebabkan
autisme. Beberapa simptom autisme berkurang seiring dengan pertambahan usia
anak, bahkan ada yang hilang sama sekali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan intervensi yang tepat,
perilaku-perilaku yang tak diharapkan dari pengidap autisme dapat dirubah.
Namun, sebagian besar individu autistik dalam hidupnya akan tetap menampakkan
gejala-gejala autisme pada tingkat tertentu. Sebenarnya pada penanganan yang
tepat, dini, intensif dan optimal, penyandang autisme bisa normal. Mereka masuk
ke dalam mainstream yang berarti bisa sekolah di sekolah biasa, dapat
berkembang dan mandiri di masyarakat, serta tidak tampak ”gejala sisa”.
Kemungkinan normal bagi pengidap autisme tergantung dari berat tidaknya
gangguan yang ada.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Terapi
dengan Pendekatan Psikodinamis</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pendekatan terapi berorientasi
psikodinamis terhadap individu autistik berdasarkan asumsi bahwa penyebab
autisme adalah adanya penolakan dan sikap orang tua yang “dingin” dalam mengasuh
anak. Terapi Bettelheim dilakukan dengan menjauhkan anak dari kediaman dan
pengawasan orang tua. Kini terapi dengan pendekatan psikodinamis tidak begitu
lazim digunakan karena asumsi dasar dari pendekatan ini telah disangkal oleh
bukti-bukti yang menyatakan bahwa autisme bukanlah akibat salah asuhan
melainkan disebabkan oleh gangguan fungsi otak.. Pendekatan yang berorientasi
Psiko-dinamis didominasi oleh teori-teori awal yang memandang autisme sebagai
suatu masalah ketidakteraturan emosional.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Terapi
Dengan Intervensi Behavioral</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pendekatan Behavioral telah terbukti
dapat memperbaiki perilaku individu autistik. Pendekatan ini merupakan variasi
dan pengembangan teori belajar yang semula hanya terbatas pada sistem
pengelolaan ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Prinsipnya adalah
mengajarkan perilaku yang sesuai dan diharapkan serta mengurangi/mengeliminir
perilaku-perilaku yang salah pada individu autistik. Pendekatan ini juga
menekankan pada pendidikan khusus yang difokuskan pada pengembangan kemampuan
akademik dan keahlian-keahlian yang berhubungan dengan pendidikan. Saat ini ada
beberapa sistem behavioral yang diterapkan pada individu dengan kebutuhan
khusus seperti autisme:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<br /></div>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l3 level1 lfo2; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Operant Conditioning (konsep
belajar operan). Pendekatan operan merupakan penerapan prinsip-prinsip
teori belajar secara langsung. Prinsip pemberian ganjaran dan hukuman:
perilaku yang positif akan mendapatkan konsekuensi positif (reward),
sebaliknya perilaku negatif akan mendapat konsekuensi negatif
(punishment). Dengan demikian diharapkan inti dan tujuan utama dari
pendekatan ini yaitu mengembangkan dan meningkatkan perilaku positif,
serta mengurangi perilaku negatif yang tidak produktif.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l3 level1 lfo2; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Cognitive Learning (konsep
belajar kognitif).Struktur pengajaran pada pendekatan ini sedikit berbeda
dengan konsep belajar operan. Fokusnya lebih kepada seberapa baik
pemahaman individu autistik terhadap apa yang diharapkan oleh lingkungan.
Pendekatan ini menggunakan ganjaran dan hukuman untuk lebih menegaskan apa
yang diharapkan lingkungan terhadap anak autistik. Fokusnya adalah pada
seberapa baik seorang penderita autistik dapat memahami lingkungan
disekitarnya dan apa yang diharapkan oleh lingkungan tersebut terhadap
dirinya. Latihan relaksasi merupakan bentuk lain dari pendekatan kognitif.
Latihan ini difokuskan pada kesadaran dengan menggunakan tarikan napas
panjang, pelemasan otot-otot, dan perumpamaan visual untuk menetralisir
kegelisahan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l3 level1 lfo2; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Social Learning (konsep belajar
sosial). Ketidakmampuan dalam menjalin interaksi sosial merupakan masalah
utama dalam autisme, karena itu pendekatan ini menekankan pada pentingnya
pelatihan keterampilan sosial (social skills training). Teknik yang sering
digunakan dalam mengajarkan perilaku sosial positif antara lain: modelling
(pemberian contoh), role playing (permainan peran), dan rehearsal
(latihan/pengulangan). Pendekatan belajar sosial mengkaji perilaku dalam
hal konteks sosial dan implikasinya dalam fungsi personal. </span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Salah satu bentuk modifikasi
dari intervensi behavioral yang banyak di terapkan di pusat-pusat terapi di
Indonesia adalah teknik modifikasi tatalaksana perilaku oleh Ivar Lovaas.
Terapi ini menggunakan prinsip belajar-mengajar untuk mengajarkan sesuatu yang
kurang atau tidak dimiliki anak autis. Misalnya anak diajar berperhatian,
meniru suara, menggunakan kata-kata, bagaimana bermain. Hal yang secara alami
bisa dilakukan anak-anak biasa, tetapi tidak dimiliki anak penyandang autisme.
Semua keterampilan yang ingin diajarkan kepada penyandang autisme diberikan
secara berulang-ulang dengan memberi imbalan bila anak memberi respons yang
baik. awalnya imbalan bisa berbentuk konkret seperti mainan, makanan atau
minuman. Tetapi sedikit demi sedikit imbalan atas keberhasilan anak itu diganti
dengan imbalan sosial, misalnya pujian, pelukan dan senyuman.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bentuk-bentuk psikoterapi
menggunakan pendekatan behavioral (behavior therapy) kepada anak/individu
dengan ASD, bersumber pada teori belajar, khususnya pengondisian operan
Skinner. Perspektif behaviorisme Skinner memandang individu sebagai organisme
yang perbendaharaan tingkah lakunya di peroleh melalui belajar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Skinner membedakan dua tipe respons
tingkah laku: responden dan operan (operant). Respons (tingkah laku) selalu
didahului oleh stimulus dan tingkah laku responden diperoleh melalui belajar
serta bisa dikondisikan. Skinner yakin kecenderungan organisme untuk mengulang
ataupun menghentikan tingkah lakunya di masa datang tergantung pada hasil atau
konsekuensi (pemerkuat/positive dan negative reinforcer) yang diperoleh oleh
organisme/individu dari tingkah lakunya tersebut. Para ahli teori belajar
membagi pemerkuat (reinforcer) menjadi dua: (1) pemerkuat primer (unconditioned
reinforcer), adalah kejadian atau objek yang memiliki sifat memperkuat secara
inheren tanpa melalui proses belajar seperti: makanan bagi yang lapar;
sedangkan (2) pemerkuat sekunder (pemerkuat sosial) merupakan hal, kejadian,
atau objek memperkuat respons melalui pengalaman pengondisian atau proses
belajar pada organisme. Meskipun menurut Skinner nilai pemerkuat sekunder belum
tentu sama pada setiap orang, namun pemerkuat sekunder memiliki daya yang besar
bagi pembentukan dan pengendalian tingkah laku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Thorndike dan Watson memandang bahwa
"organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku
adalah hasil dari pengalaman; dan perilaku di gerakkan atau dimotivasi oleh
kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan".
Behavioris melalui beberapa eksperimen seperti: metode pelaziman klasik
(classical conditioning), operant conditioning, dan konsep belajar sosial
(social learning) menyimpulkan bahwa manusia sangat plastis sehingga dapat
dengan mudah di bentuk oleh lingkungan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Intervensi
Biologis</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Intervensi biologis mencakup
pemberian obat dan vitamin kepada individu autistik. Pemberian obat tidak
telalu membantu bagi sebagian besar anak autistik. Secara farmakologis hanya
sekitar 10-15% pengidap autisme yang cocok dan terbantu oleh pemberian
obat-obatan dan vitamin. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">RAPIDITAS
PENGIDAP AUTISME</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">umlah penderita autisme terus
meningkat, di Amerika telah dinyatakan sebagai national-alarming, karena
peningkatan jumlah penderita dari tahun ke tahun cukup mengkhawatirkan.
Prevalensi penderita autisme secara umum, terus menunjukkan peningkatan, pada
1987 ditemukan pada 1:5000 penduduk, sepuluh tahun berikutnya perbandingannya
menjadi 1:500, kemudian menjadi 1:250 di tahun 2000. Pada 2001 Center for
Disease Control and Prevention autisme dijumpai pada 2-6 per 1.000 orang atau 1
di antara 150 penduduk, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya diperkirakan peningkatannya
mencapai 10-17% per tahun, yang berarti akan terdapat 4 juta penyandang autisme
di Amerika pada dekade berikutnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Berdasarkan data di Poliklinik
Jiwa Anak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada 1989 tercatat
hanya 2 pasien autisme. Pada 2000, meningkat menjadi 103 anak. Di RS Pondok
Indah Jakarta Selatan hampir setiap hari datang seorang pasien autisme baru. Di
RSUD Soetomo Surabaya, pada 1997 jumlahnya meningkat drastis sampai 20 anak per
tahun, dari hanya 2-3 orang anak di tahun-tahun sebelumnya. Data yang
diungkapkan oleh ahli autisme di Indonesia, pada tahun 80-an pasien autis masih
sangat jarang tapi memasuki tahun 90-an kasus autisme mulai muncul 1-2 pasien
baru setiap harinya dan terus meningkat jumlahnya hingga 4-5 pasien baru di
tahun 2000.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pusat Pengamatan dan Pengkajian
Tumbuh Kembang Anak (PPPTKA/P3TKA) Yogyakarta, sejak 1982 hingga 1990, anak
yang terdiagnosis autisme berjumlah 40 anak. Data tersebut mengungkapkan 87,5 %
merupakan anak laki-laki, serta 50% merupakan anak pertama. Data pada Yayasan
Autisme Semarang (YAS), jumlah penyandang autisme yang telah terdeteksi sampai
Juni 2003 mencapai 165 anak dengan rentang usia 2-17 tahun. Jumlah tersebut
belum dapat disebut angka pasti karena jumlah pengidap autisme yang tidak
terdeteksi bisa jadi lebih banyak lagi, akibat ketidaktahuan masyarakat
mengenai gangguan perkembangan ini serta biaya diagnosa autisme yang memang
relatif mahal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Autisme tidak dapat didiagnosis
hanya dengan observasi tunggal, melainkan harus dilakukan observasi terhadap
perkembangan anak dan perubahannya dalam suatu jangka yang lama. Idealnya
seorang anak yang diduga mengidap autisme perlu diperiksa secara multidisiplin
oleh dokter anak, dokter syaraf, psikolog, terapi wicara, konsultan pendidikan,
atau pakar lain yang ahli dalam bidang autisme. Biaya yang harus dikeluarkan
untuk menegakkan diagnosa autisme menjadi sangat mahal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">PENYEBAB,
KRITERIA DIAGNOSTIK DAN GEJALANYA</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Belum ada kesepakatan mengenai
penyebab utama autisme. Para ahli hanya meyakini disebabkan oleh multifaktor
yang saling berkaitan satu sama lain, seperti: faktor genetik, abnormalitas
sistem pencernaan (gastro-intestinal), polusi lingkungan, disfungsi imunologi,
gangguan metabolisme (inborn error), gangguan pada masa kehamilan/persalinan,
abnormalitas susunan syaraf pusat/struktur otak, dan abnormalitas biokimiawi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Awalnya autisme diduga sebagai
kegagalan orang tua dalam pengasuhan anak, yaitu perilaku orang tua terutama
ibu yang “dingin” dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi “dingin” pula.
Faktor psikologis dianggap sebagai pencetus autisme yang menyebabkan anak
menolak dunia luar. Teori ini selanjutnya dikenal dengan teori psikososial
serta populer sekitar tahun 1950-1960.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Teori tersebut kemudian disusul
dengan teori neurologis. Dari berbagai gangguan perkembangan otak, mungkin
gangguan autisme adalah yang paling menarik dan misterius. Hal ini akibat
kompleksitas berbagai sistem otak yang berinteraksi dan rumit karena mengenai
aspek sosial, kognitif dan linguistik sehingga sangat erat dengan komunikasi
dan humanitas. Penelitian dalam bidang neoroanatomi, neorofisiologi,
neorokimiawi dan genetika pada beberapa anak penyandang autisme menunjukkan
adanya gangguan atau kelainan pada perkembangan sel-sel otak selama dalam
kandungan. Pada saat pembentukan sel-sel tersebut terjadi gangguan oksigenasi,
pendarahan, keracunan, infeksi TORCH yang mengganggu kesempurnaan pembentukan
sel otak di beberapa tempat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Faktor lain yang juga diduga dan
diyakini penyebab autisme adalah faktor perinatal, yaitu: selama kehamilan,
gangguan pembentukan sel otak oleh berbagai faktor penyebab, serta berbagai
faktor sesaat setelah kelahiran. Selain itu, pengobatan pada ibu hamil juga
dapat merupakan faktor resiko yang menyebabkan autisme. Komplikasi yang paling
sering dilaporkan berhubungan dengan autisme adalah pendarahan trisemester
pertama dan gawat janin disertai aspirasi mikonium saat mendekati kelahiran.
Kasus autisme ditemukan pada masalah-masalah pranatal, seperti: premature,
postmature, pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, umur ibu lebih
dari 35 tahun, serta banyak dialami anak-anak dengan riwayat persalinan yang
tidak spontan serta “repiratory distress syndrome”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Adanya gangguan struktur dan fungsi
otak disebabkan oleh: (1) herediter/genetik, dimana saudara dari para
penyandang autisme mempunyai resiko puluhan kali untuk dapat menyandang autisme
dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak mempunyai saudara yang menyandang
autisme; (2) proses selama kehamilan dan persalinan. Diduga infeksi virus pada
awal kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan, dapat berkaitan dengan
lahirnya anak autisme.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa
autisme memang berkaitan dengan masalah genetik, walaupun hingga kini belum
ditemukan gen tertentu yang berhubungan secara langsung menyebabkan autisme.
Para ahli meyakini bahwa gen yang mendasari autisme sangat kompleks dan mungkin
terdiri atas kombinasi beberapa gen. Teori yang meyakini faktor genetik
memegang peran penting dalam terjadinya autisme diungkapkan pada tahun 1977.
Hubungan autisme dan masalah genetik ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa 2,5%
hingga 3% autisme ditemukan pada saudara dari pengidap autisme, yang berarti
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi normal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Faktor lain yang juga dituding
adalah gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan metabolisme yang mengganggu
kerja otak seperti: kekurangan vitamin, mineral, enzim, dsb.; alergi makanan;
gangguan pencernaan; infeksi dinding usus oleh jamur, virus, bakteri; keracunan
logam berat; serta gangguan kekebalan tubuh juga sering dikaitkan dengan
munculnya autisme pada anak yang semula terlahir normal tapi mulai menampakkan
gejala autisme sekitar usia 2 tahun.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Selain merupakan gangguan
perkembangan yang disebabkan oleh multifaktor, autisme juga mempunyai gejala
yang sangat beragam pada tiap individu. Inkonsistensi gejala yang muncul pada
seorang anak serta derajat gangguan yang bervariasi antara anak yang satu dan
yang lainnya memerlukan ketelitian, pengetahuan dan pengalaman para profesional
dalam mendiagnosis autisme. Disamping itu, juga diperlukan diagnosis banding
untuk membedakan autisme dengan gangguan perkembangan yang lain seperti:
schizofrenia pada anak, retardasi mental, gangguan perkembangan berbahasa
ekspresif ataupun reseptif, sindrom asperger, gangguan pendengaran, dll.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV). Kategori diagnostik autisme terus mengalami
perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan riset mengenai autisme.
Diagnosis autisme dibuat jika ditemukan sejumlah kriteria yang terdaftar
didalam DSM-IV:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
</span><br />
<hr align="center" size="2" width="100%" />
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Harus ada
sedikitnya 6 atau lebih gejala dari a., b., dan c., dengan paling tidak 2
gejala dari a., dan masing-masing 1 gejala dari tiap b. dan c.: </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan kualitatif dalam
interaksi sosial yang timbal balik, yang dimanifestasikan melalui paling
tidak 2 dari gejala-gejala dibawah ini: (a) Gangguan yang berarti dalam
tingkah laku nonverbal, seperti pandangan/tatapan mata, ekspresi wajah,
postur tubuh, dan gerak anggota badan yang mengatur interaksi sosial. (b)
Kegagalan untuk membangun hubungan dengan teman sebaya yang sesuai dengan
tingkat perkembangan mentalnya. (c) Kurangnya spontanitas dalam berbagi
kesenangan, minat, dan hasil/prestasi dengan orang lain (misalnya: jarang
memperlihatkan, membawa, atau menunjukkan benda/hal yang ia minati). (d)
Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan kualitatif dalam
komunikasi, yang dimanifestasikan melalui paling tidak 1 dari
gejala-gejala dibawah ini: (a) Mengalami keterlambatan atau sama sekali
tidak ada perkembangan bahasa lisan (tidak ada upaya untuk menggantinya
dengan cara berkomunikasi yang lain seperti gerak badan atau mimik wajah).
(b) Kemampuan bicara sangat individual, ditandai dengan gangguan dalam kemampuan
untuk memulai dan melakukan pembicaraan dengan orang lain. (c) Penggunaan
bahasa yang aneh dan diulang-ulang. (d) Kurang variasi dan spontanitas
dalam permainan berpura-pura atau peniruan sosial yang sesuai dengan
perkembangan mentalnya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Perilaku, minat dan aktifitas
yang terbatas dan berulang-ulang, yang dimanifestasikan oleh paling tidak
1 dari gejala-gejala di bawah ini: (a) Keasyikan yang tidak wajar dalam
hal fokus dan intensitas terhadap suatu pola minat yang terbatas dan
berulang-ulang. (b) Terpaku terhadap rutinitas atau ritual yang tak ada
gunanya. (c) Perilaku motorik yang terbatas dan berulang-ulang (misalnya:
mengepakkan atau memutar tangan dan jari, atau menggerak-gerakkan seluruh
anggota badan). (d) Keasyikan yang berlebihan terhadap bagian tertentu
dari objek/benda.</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Sebelum usia 3 tahun terjadi keterlambatan atau abnormalitas fungsi yang
tampak pada paling tidak 1 dari bidang-bidang berikut ini: a. interaksi sosial,
b. bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, atau c. permainan yang
bersifat simbolis atau imajinatif. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan
tidak disebabkan oleh Sindroma Rett atau gangguan disintegratif masa
kanak-kanak. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
</span><br />
<hr align="center" size="2" width="100%" />
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Secara umum ada beberapa gejala yang tampak pada individu autisme sebelum
mencapai usia 3 tahun, gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut:</span></div>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l2 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan dalam bidang
komunikasi verbal dan nonverbal: (a) Terlambat berbicara. (b) Berbicara
dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain. (c) Bila kata-kata
mulai diucapkan, tidak mengerti artinya. (d) Bicara tidak dipakai untuk
komunikasi. (e) Banyak meniru atau membeo (echolalia). (f) Beberapa anak
sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti
artinya, sebagian dari anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa.
(g) Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan yang terdekat dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l2 level1 lfo4; mso-margin-bnttom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan dalam bidang interaksi
sosial: (a) Menolak/menghindari tatapan mata. (b) Tidak mau menengok bila
dipanggil. (c) Seringkali menolak untuk dipeluk. (d) Tak ada usaha untuk
melakukan interaksi dengan orang lain, lebih asyik main sendiri. (e) Bila
didekati untuk diajak bermain malah menjauh.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l2 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan dalam perilaku: (a)
Pada anak autistik terlihat adanya perilaku berlebihan (excess) atau
kekurangan (deficit). Contoh perilaku yang berlebihan misalnya:
hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa diam, jalan mondar-mandir tanpa
tujuan yang jelas, melompat-lompat, dan mengulang-ngulang suatu gerakan
tertentu. Contoh perilaku yang kekurangan adalah: duduk dengan tatapan
kosong, melakukan permainan yang sama/monoton, sering duduk diam terpukau
oleh suatu hal misalnya benda yang berputar. (b) Kadang ada kelekatan
tertentu pada benda tertentu yang terus dipegangnya dan dibawa
kemana-mana. (c) Perilaku yang ritualistik.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l2 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gangguan dalam perasaan/emosi:
(a) Tidak dapat ikut merasakan yang dirasakan oleh orang lain, misalnya
melihat anak menangis tidak akan merasa kasihan malah merasa terganggu,
dan mungkin anak yang mendatangi anak tersebut dan memukulnya. (b) Kadang
tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
(c) Sering mengamuk tak terkendali, terutama jika tidak mendapatkan apa
yang diinginkan, bisa menjadi agresif atau destruktif.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l2 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",":serif"; font-size: 12pt;">Gangguan dalam persepsi
sensoris: (a) Mencium-cium atau mengigit mainan atau benda-benda apa saja.
(b) Bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga. (c) Tidak
menyukai rabaan atau pelukan. (d) Merasa sangat tidak nyaman jika
dipakaikan pakaian dari bahan yang kasar.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l2 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gejala tersebut tidak harus ada
pada setiap anak penyandang autisme. Pada penyandang autisme yang berat
mungkin hampir semua gejala itu ada, namun pada kelompok yang tergolong
ringan hanya terdapat sebagian dari gejala-gejala tersebut.</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Autisme merupakan spectrum
disorder, sehingga gejala dan karakteristik yang tampak pada setiap individu
autistik sangat beragam kombinasinya, dari ringan sampai berat. Karena itu
tidak ada standard “tipe” tertentu bagi individu autistik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 9pt;">American Psychiatric Association.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). 1994.
Washington DC: Author<br />
<br />
E. Koeswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco<br />
<br />
Grandin, Temple. 1995. Thinking In Pictures: and Other Reports from My Life
with Autism. New York: Vintage Books.<br />
<br />
Kozlof, Martin A. 1998. Reaching the Autistic Child: A Parent Training Program.
Massachusetts: Brookline books.<br />
<br />
L. Koegel and Lynn Kern Koegel. 1995. Teaching Children with Autism: Strategies
for Initiating Positive Interaction and Improving Learning Oportunities.
Maryland: Paul H. Brookes Publishing Co.<br />
<br />
Maurice, Catherine. 1996. Behavioral Intervention For Young Children With
Autism. USA: Pro-Ed Inc.<br />
<br />
Monks, F.J., A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono. 1998. Psikologi
Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.<br />
<br />
Schopler, E. And Mesibov, G.B. 1993. The Effect of Autism on the Family. New
York: Plenum Press.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 9pt;">Info Autis</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0